Pengertian Tembung Yogyaswara dan Contoh-Contohnya

Tembung Yogyaswara

Dalam perjalanan mendalam di dunia sastra Jawa, kita sering kali bertemu dengan konsep-konsep yang kaya akan makna dan filosofi.

Salah satu di antaranya adalah “Tembung Yogyaswara”. Konsep ini bukan hanya sekadar kumpulan kata, melainkan juga membawa pesan yang dalam dan mendalam.

Apa Itu Tembung Yogyaswara

Dalam pengertiannya tembung yogyaswara tidak sekadar rangkaian kata biasa. Ia merupakan perpaduan dua kata yang memiliki makna mendalam.

Dalam bahasa Jawa, “tembung” berarti kata, sementara “Yogyaswara” merupakan gabungan dari dua kata, “yogya” yang berarti baik, dan “swara” yang berarti suara atau ucapan.

Dengan demikian, secara harfiah, Tembung Yogyaswara dapat diartikan sebagai kata yang memiliki suara atau ucapan yang baik, indah, atau memikat.

Kenapa hal itu terjadi?

Karena tembung ini terdiri dari dua kata yang berbentuk kata ulang, di mana kata pertama berakhiran huruf ā€œaā€, sementara kata kedua berakhiran dengan huruf ā€œiā€.

Kata-kata dalam tembung ini memiliki makna yang merujuk pada jenis kelamin laki-laki dan perempuan, seperti contohnya siswa-siswi.

Jadi kalian dapat memanfaatkan tembung yogyaswara baik dalam percakapan sehari-hari maupun dalam menciptakan karya sastra.

Contoh Tembung Yogyaswara

  1. Bathara-bathari = Merujuk pada Dewa laki-laki dan perempuan.
  2. Pemudha-pemudhi = Mengacu pada Anak muda laki-laki dan perempuan.
  3. Siswa-siswi = Digunakan untuk Murid laki-laki dan perempuan.
  4. Dewa-dewi = Menyebut Dewa laki-laki dan perempuan.
  5. Yaksa-yaksi = Merujuk pada Raksasa laki-laki dan perempuan.
  6. Hapsara-hapsari = Mengacu pada Dewa laki-laki dan perempuan.
  7. Raseksa-Raseksi = Digunakan untuk Raksasa laki-laki dan perempuan.
  8. Putra-putri = Merujuk pada Anak laki-laki dan perempuan.
  9. Gandarwa-gandarwi = Menyebut Dewa laki-laki dan perempuan.
  10. Mahasiswa-mahasiswi = Mengacu pada Mahasiswa laki-laki dan perempuan.
  11. Widadara-widadari = Digunakan untuk menyebut Bidadari laki-laki dan perempuan.
  12. Kendhana-kendhini = Merujuk pada istilah untuk anak pertama laki-laki (kendhana) dan anak kedua perempuan (kendhini).

Akhir Kata

Tembung Yogyaswara sering digunakan dalam percakapan sehari-hari maupun dalam pembuatan karya sastra.

Kekhasan struktur bahasa Jawa ini memberikan nuansa yang kaya dan spesifik dalam pengungkapan makna.

Dengan menggunakan Tembung Yogyaswara, seseorang dapat lebih tepat dalam menyampaikan informasi atau pemikiran dengan memperhatikan konvensi linguistik yang ada dalam budaya Jawa.